PERANCANGAN MUSEUM DIASPORA BUGIS DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS

Authors

  • Alifiah Azzahrah Telkom University
  • Aida Andrianawati Telkom University
  • Aditya Bayu Perdana Telkom University

Abstract

Passompe, julukan lain dari Suku Bugis yang melakukan Diaspora/ merantau
keluar dari daerah asal mereka yaitu Sulawesi Selatan. Suku Bugis mulai melakukan
Diaspora secara kecil-kecilan mulai dari tahun 1600 dan secara besar-besaran pada tahun
1900. Mereka berpencar keluar dari sulawesi selatan menuju provinsi hingga negara lain.
Namun, kehebatan diaspora Suku Bugis kini tidak dikenali lagi utamanya oleh remaja
Sulawesi Selatan. Sehingga untuk menghindari hilangnya identitas tersebut, maka
didesain suatu museum di Sulawesi Selatan tepatnya di Center Point Of Indonesia. Dengan
mengangkat konsep tematik, Museum Diaspora Bugis ini dibagi menjadi beberapa area
yang dirunutkan dari area diaspora umum, perkapalan, perikanan, agrikultur, keagamaan,
peperangan hingga kerajaan. Pada keseluruhan area tersebut memiliki suasana ruang
sesuai dengan koleksi yang dipajang di area tersebut. Metode yang dilakukan pada
perancangan ini adalah metode kualitatif yang didukung dengan observasi lapangan.
Dengan pendekatan lokalitas dengan tema kapal pinisi pada museum diaspora bugis,
diharapkan perancangan kali ini dapat kembali mengenalkan dan menghidupkan Kembali
budaya dan sejarah suku bugis yang telah terserus gelombang modernisasi. Pendekatan
lokalitas juga diharapkan dapat menjadi suatu tema yang mendukung pengelompokan
pada storyline museum. Sehingga, dengan pendekatan diatas, dapat menyelesaikan
permasalahan yang telah dipaparkan utamanya dalam modernisasi sekarang.


Kata Kunci : Diaspora, tematik, museum, pinisi, bugis.

References

Agustriayu, W. (2017). Museumku. Arti Penting Museum Daerah Sebagai

Cerminan Identitas Budaya Lokal, 4.

Akase Teng, Muhammad & Akkase, Muhammad. (2020). THE PHILOSOPHY OF

KAJAOLALIDDONG: A BASIC PATTERN OF LIFE AND CULTURE IN BUGIS AND

MAKASSAR. Systematic Reviews in Pharmacy. 12.

Berikhistra, H. (2020). Perancangan Interior Museum B.J Habibie. Bandung:

UNIKOM.

Boylan,Patrick J. 2004. Running a Museum : A Practical Handbook. ICOM

Buana, Muhammad & Perdana, Aditya. (2022). Sea of Names: Spatial and

Toponymic Translations in the 19th Century Bugis Maps of the Malay Archipelago.

-90.

LaurColeman. (1950). Museum Buildings: Vol. one (First). THE AMERICAN

ASSOCIATION OF MUSEUMS WASHINGTON, D. C.

C. Nagtegal, De voormalige Zelfbesture Noe En Gouvernements Landschappen In

Zuid-Oost Borneo (Utrecht : N. V. A Oosthek's Uitgevers-Maatschappij, 1939

Dean, D. 1994. Museum Exhibition : Theory and Practice. New York:

Routledge(Taylor and Francis E-Library).

Edson, G. (1994). The handbook for museums. New York: -.

Fitriany, D. (2014). Analisis Material. Optimalisasi Program Perancangan Interior ,

-5.

Fransisco, T. (2010). Museum Budaya Dayak. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Giyarto,2008.

Downloads

Published

2024-02-29

Issue

Section

Program Studi S1 Desain Interior