PERANCANGAN ULANG INTERIOR MUSEUM NASIONAL INDONESIA DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI
Abstract
Museum menjadi tempat yang menyimpan fragmen-fragmen dari masa lalu sebagai
buk__ bahwa seiring dengan berjalannya waktu, segala aspek dalam kehidupan akan mengalami
perkembangan. Museum memiliki fungsi utama antara lain fungsi konservasi, fungsi edukasi, dan
fungsi rekreasi. Fungsi rekreasi __dak harus dalam bentuk tertentu, karena pada dasarnya dalam
konteks ini merupakan upaya agar pengunjung __dak jenuh dengan benda-benda yang
dipamerkan di dalam museum yang dapat disebut dengan fenomena kelelahan museum atau
fenomena museum fa__gue. Dengan adanya fungsi rekreasi pada museum diharapkan dapat
mengurangi adanya fenomena tersebut. Museum Nasional Indonesia merupakan salah satu
museum yang terda__ar sebagai bangunan cagar budaya yang sudah memenuhi fungsi museum
pada umumnya. Namun, museum ini masih minim fungsi rekreasi yang berada dalam lingkup
interior. Sehingga dibutuhkan penyelesaian masalah yang dikhususkan dalam lingkup interior
dengan mengimplementasikan aspek teknologi pada ruang pamernya yang dikhususkan pada
ruang pamer keris dan senjata, serta pada ruang pamer wayang. Pada pengaplikasiannya
menggunakan tema Encouraging the Four Human Sensory yang bertujuan untuk mens__mulasi
empat indera manusia, yaitu audial, visual, termal, dan olfaktori, serta menerapkan konsep
Beyond Through Dynamism yang berfokus pada penggunaan aspek-aspek yang dinamis untuk
menciptakan kesan yang __dak membosankan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan
fenomena museum fa__gue tersebut.
Kata Kunci: desain interior, indera, museum, teknologi
References
Adelina Suhardjono, L., Sriherlambang, B., & Chris__na Luzar, L. (2018). PERAN STORYLINE
PADA REPRESENTASI IDENTITAS NASIONAL DI MUSEUM NASIONAL INDONESIA
BARU. Dimensi DKV, 3(1).
Andriani, S., Murdowo, D., & Firmansyah, R. (2018). ANALISIS DESAIN INTERIOR KANTOR
CALL CENTER TELKOMSEL DI GEDUNG INFOMEDIA NUSANTARA, BANDUNG
DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI RUANG. Ide Dan Dialog Indonesia, 3(1).
Bechtel, R. B., & Wiley, J. (2002). HANDBOOK OF ENVIRONMENTAL PSYCHOLOGY.
Bitgood, S. (2010). When Is
Journal, 52(2), 193-202. h__ps://doi.org/10.1111/j.2151-6952.2009.tb00344.x
Bitgood, S. (2015). Museum Fa__gue and Related Phenomena Handbook of Visitor Studies
View Project. h__ps://www.researchgate.net/publica__on/304944315
Chiara, J. de, & Callender, J. (1980). Time-Saver Standards for Building Types (2nd ed.).
Ching, F. D. K. (2007). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi Ke__ga).
Davey, G. (2005). What is museum fa__gue? Visitor Studies Today, 8(3), 17-21.
h__ps://www.researchgate.net/publica__on/292110022
Direktorat Permuseuman. (2011). Konsep Penyajian Museum.
Gilman, B. I. (1916). Museum Fa__gue. Source: The Scien____c Monthly, 2(1), 62-74.
Imami, K. M. F. N. I. (2018). Redesain Museum Wayang Kekayon Yogyakarta dengan
Pendekatan Space Binding.
Kusuma, H. B. (2018). Way__nding Sign pada Ruang Pameran Tetap di Museum Nasional
Indonesia-Jakarta. Jurnal Seni Budaya, 33(2), 82-88.
Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, D. (2020). PEDOMAN STANDARDISASI
MUSEUM.
Peraturan Menteri PUPR RI Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan, Pub. L. No.
(2021).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum, Pub.
L. No. 66 (2015). www.hukumonline.com
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
Pub. L. No. 16 (2021).
Sutaarga, M. A. (1997). PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN MUSEUM
(Cetakan Keempat).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pub.
L. No. 11 (2010).
Wulandari, A. A. A. (2014). DASAR-DASAR PERENCANAAN INTERIOR MUSEUM.
HUMANIORA, 5(1), 246-257.
Zagita, C. D., & Asharsinyo, D. F. (2021). Perancangan Museum Pendidikan Kota Malang
dengan Pendekatan Teknologi.