Background Design In 2D Animation For The Introduction Of Lingsir Wengi And Kidung Rumeksa Ing Wengi To Teenagers In Bandung

Authors

  • Hanif Miftah Koswara Telkom University
  • Tiara Radinska Deanda Telkom University
  • Mario Telkom University

Abstract

Meskipun seharusnya merupakan bagian dari tembang campursari, Lingsir Wengi yang dikenal sebagai sebuah tembang macapat Jawa, telah dikenal luas di kalangan masyarakat umum sebagai lagu pemanggil hantu, terutama di daerah yangtidak menggunakan bahasa Jawa. Namun, bagi banyak orang, Lingsir Wengi telah berubah menjadi lagu horor yang menakutkan dan membuat mereka tidak nyaman. Beberapa orang bahkan salah mengartikan Lingsir Wengi sebagai Kidung Rumekso Ing Wengi, sebuah doa yang Sunan Kalijaga gunakan saat berdakwah. Muncul kekhawatiran bahwa jika tembang ini terus dikaitkan dengan hal-hal yang mengerikan, makna aslinya akan hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul, makna, dan tujuan dari tembang Lingsir Wengi. Selain itu, dengan menggunakan media animasi, penelitian ini bertujuan untuk mengubah pandangan yang tidak baik yang orang miliki tentangnya. Data yang dikumpulkan melalui metode campuran dan pendekatan eksplanatoris sekuensial termasuk data primer dari observasi, dokumentasi, kuesioner, dan wawancara, serta data sekunder dari sumber informasi seperti jurnal, E-book, dan literatur lainnya. Data akan diperiksa melalui analisis deskriptif. Salah satu komponen penting dalam pembuatan animasi adalah peran penulis dalam penelitian ini sebagai Background Artist. Background yang baik akan membantu visualisasi cerita dari animasi menjadi lebih baik dan lebih efektif, dan juga akan memastikan bahwa animasi yang dibuat akan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak sasar. Kata kunci: background, lagu horor, Lingsir Wengi, media animasi, makna asli

Author Biographies

Hanif Miftah Koswara, Telkom University

eskipun seharusnya merupakan bagian dari tembang campursari, Lingsir Wengi yang dikenal sebagai sebuah tembang macapat Jawa, telah dikenal luas di kalangan masyarakat umum sebagai lagu pemanggil hantu, terutama di daerah yangtidak menggunakan bahasa Jawa. Namun, bagi banyak orang, Lingsir Wengi telah berubah menjadi lagu horor yang menakutkan dan membuat mereka tidak nyaman. Beberapa orang bahkan salah mengartikan Lingsir Wengi sebagai Kidung Rumekso Ing Wengi, sebuah doa yang Sunan Kalijaga gunakan saat berdakwah. Muncul kekhawatiran bahwa jika tembang ini terus dikaitkan dengan hal-hal yang mengerikan, makna aslinya akan hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul, makna, dan tujuan dari tembang Lingsir Wengi. Selain itu, dengan menggunakan media animasi, penelitian ini bertujuan untuk mengubah pandangan yang tidak baik yang orang miliki tentangnya. Data yang dikumpulkan melalui metode campuran dan pendekatan eksplanatoris sekuensial termasuk data primer dari observasi, dokumentasi, kuesioner, dan wawancara, serta data sekunder dari sumber informasi seperti jurnal, E-book, dan literatur lainnya. Data akan diperiksa melalui analisis deskriptif. Salah satu komponen penting dalam pembuatan animasi adalah peran penulis dalam penelitian ini sebagai Background Artist. Background yang baik akan membantu visualisasi cerita dari animasi menjadi lebih baik dan lebih efektif, dan juga akan memastikan bahwa animasi yang dibuat akan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak sasar. Kata kunci: background, lagu horor, Lingsir Wengi, media animasi, makna asli

Tiara Radinska Deanda, Telkom University

Meskipun seharusnya merupakan bagian dari tembang campursari, Lingsir Wengi yang dikenal sebagai sebuah tembang macapat Jawa, telah dikenal luas di kalangan masyarakat umum sebagai lagu pemanggil hantu, terutama di daerah yangtidak menggunakan bahasa Jawa. Namun, bagi banyak orang, Lingsir Wengi telah berubah menjadi lagu horor yang menakutkan dan membuat mereka tidak nyaman. Beberapa orang bahkan salah mengartikan Lingsir Wengi sebagai Kidung Rumekso Ing Wengi, sebuah doa yang Sunan Kalijaga gunakan saat berdakwah. Muncul kekhawatiran bahwa jika tembang ini terus dikaitkan dengan hal-hal yang mengerikan, makna aslinya akan hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul, makna, dan tujuan dari tembang Lingsir Wengi. Selain itu, dengan menggunakan media animasi, penelitian ini bertujuan untuk mengubah pandangan yang tidak baik yang orang miliki tentangnya. Data yang dikumpulkan melalui metode campuran dan pendekatan eksplanatoris sekuensial termasuk data primer dari observasi, dokumentasi, kuesioner, dan wawancara, serta data sekunder dari sumber informasi seperti jurnal, E-book, dan literatur lainnya. Data akan diperiksa melalui analisis deskriptif. Salah satu komponen penting dalam pembuatan animasi adalah peran penulis dalam penelitian ini sebagai Background Artist. Background yang baik akan membantu visualisasi cerita dari animasi menjadi lebih baik dan lebih efektif, dan juga akan memastikan bahwa animasi yang dibuat akan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak sasar. Kata kunci: background, lagu horor, Lingsir Wengi, media animasi, makna asli

Mario, Telkom University

Meskipun seharusnya merupakan bagian dari tembang campursari, Lingsir Wengi yang dikenal sebagai sebuah tembang macapat Jawa, telah dikenal luas di kalangan masyarakat umum sebagai lagu pemanggil hantu, terutama di daerah yangtidak menggunakan bahasa Jawa. Namun, bagi banyak orang, Lingsir Wengi telah berubah menjadi lagu horor yang menakutkan dan membuat mereka tidak nyaman. Beberapa orang bahkan salah mengartikan Lingsir Wengi sebagai Kidung Rumekso Ing Wengi, sebuah doa yang Sunan Kalijaga gunakan saat berdakwah. Muncul kekhawatiran bahwa jika tembang ini terus dikaitkan dengan hal-hal yang mengerikan, makna aslinya akan hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul, makna, dan tujuan dari tembang Lingsir Wengi. Selain itu, dengan menggunakan media animasi, penelitian ini bertujuan untuk mengubah pandangan yang tidak baik yang orang miliki tentangnya. Data yang dikumpulkan melalui metode campuran dan pendekatan eksplanatoris sekuensial termasuk data primer dari observasi, dokumentasi, kuesioner, dan wawancara, serta data sekunder dari sumber informasi seperti jurnal, E-book, dan literatur lainnya. Data akan diperiksa melalui analisis deskriptif. Salah satu komponen penting dalam pembuatan animasi adalah peran penulis dalam penelitian ini sebagai Background Artist. Background yang baik akan membantu visualisasi cerita dari animasi menjadi lebih baik dan lebih efektif, dan juga akan memastikan bahwa animasi yang dibuat akan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayak sasar. Kata kunci: background, lagu horor, Lingsir Wengi, media animasi, makna asli

References

Babbie, E. R. (2016). The Practice of Social Research. Stamford: Cengage Learning.

Barnat, C. (2016). 3D Printing: Third Edition. California: CreateSpace Independent Publishing Plavorm.

Bleicher, S. (2005). Cover - Contemporary Color - Click for larger image. New York: Thomsom/Delmar Learning.

Budiyasa, N. K. (1997). tembang. (i. pariwara, Interviewer)

Chandler, D. (2018). Semiotics: The Basics. london: Routledge.

Cohen, L. (2018). Research Methods in Education. london: Routledge.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitatitave, Quantitative, and Mixed Methods Approaches . nebraska: SAGE.

Creswell, J. W. (2021, November 5). International Distinguished Scholar Webinar Series World Class University . (D. o. Indonesia, Interviewer)

Deddy Mulyana, J. R. (2014). Komunikasi AntarBudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fowler, M. S. (2002). Animation Background Layout. ontario, canada: cartoon ink.

Ghertner, E. (2010). Layout and Composition for animation. Amsterdam: Elsevier INC

Gurney, J. (2010). Color and Light a guide for the realist painter. kansas city: Andrew McMeel Publishing,LLC.

Hernandez, e. A. (2013). set the action! creating background for compelling story in animation, comics, and games. london: Focal press taylor and francis Group.

Ian Crook, P. B. (2017). Motion Graphics: Principles and Practices from the Ground Up. London: Bloomsbury Visual Arts.

Kahfi, A. Y. (2021, maret 20). teori warna pengenalan dan penerapan warna dalam dunia fashion. Retrieved from anyflip.com: https://anyflip.com/bpjzq/ahzv/basic

Kurniawan. (2001). Semiologi Roland Barthes . Magaleng: IndonesiaTera.

Leeuwe, M. (2019). How to draw backgrounds. Netherlands: GUMROAD.

Louis Cohen, L. M. (2017). Research Methods in Education. london: Taylor & Francis.

Norling, E. R. (1999). Perspective Made Easy. Mineola, New york: DOVER PUBLICATIONS, INC.

Safanayong, Y. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.

Said, A. A. (2006). Dasar Desain Dwimatra. Makasar: UNM.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatiff, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thomas, F. (1981). The Illusion of Life: Disney Animation. New York: Abbeville Press.

Vaughan, T. (1993). Multimedia: Making It Work. California: Osborne McGraw-Hill.

White, T. (1982). the animator's workbook. New York City : Watson-Gup}ll.

white, T. (2006). Animation from pencisl to pixels. london: Elsevier.

Williams, R. (2001). The Animator's Survival Kit. London: Faber and Faber.

Zoetmulder, P. (1983). Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang . jakarta: DJAMBATAN

Lengkong, R. F., Budiman, A., & Mario, M. (2021). Teknik Digital Composi}ng Dalam Animasi 2d" menjaga Rinjani". eProceedings of Art & Design, 8(3).

Urrizki, R. N., & Deanda, T. R. (2023). PERANCANGAN CONCEPT ART ANIMASI 2D SEBAGAI MEDIA PENGENALAN ISTANA PURA MANGKUNEGARAN UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR. eProceedings of Art & Design, 10(6).

Rahmatuloh, G., Ramdhan, Z., & Sudaryat, Y. (2023). PERANCANGAN ENVIRONMENT UNTUK MEMPERKENALKAN SEPEDA MOTOR LISTRIK (MOLIS) KEPADA MASYARAKAT KOTA BANDUNG MELALUI ANIMASI HYBRID (2D & 3D). eProceedings of Art & Design, 10(6).

Published

2025-03-17

Issue

Section

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual