BACKGROUND DESIGN FOR WAYANG SEROK ANIMATION TRAILER ADVENTURE OF SEROK

Authors

  • Liza Mutiara Dewi Sufyani Telkom University
  • Rully Sumarlin Telkom University
  • Irfan Dwi Rahadianto Telkom University

Abstract

 

 

Author Biographies

Liza Mutiara Dewi Sufyani, Telkom University

Wayang Serok yang berasal dari Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung merupakan pertunjukan wayang hasil pengembangan dari wayang golek. Eksistensi wayang serok semakin berkurang dikarenakan peminatnya yang semakin sedikit. Pembuatan trailer animasi menjadi solusi untuk pengenalan wayang serok melalui media yang dekat dengan para generasi muda, terlebih animasi dapat menjangkau lebih banyak audiens. Dalam animasi, salah satu unsur yang penting adalah background. Background memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam animasi. Untuk membuat background dibutuhkan data terkait Desa Baros yang merupakan latar dari cerita wayang serok. Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka kemudian menganalisisnya menggunakan metode analisis konten dan visual sebagai landasan untuk merancang background.

Kata Kunci : wayang, Wayang Serok, animasi, background

Rully Sumarlin, Telkom University

Wayang Serok yang berasal dari Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung merupakan pertunjukan wayang hasil pengembangan dari wayang golek. Eksistensi wayang serok semakin berkurang dikarenakan peminatnya yang semakin sedikit. Pembuatan trailer animasi menjadi solusi untuk pengenalan wayang serok melalui media yang dekat dengan para generasi muda, terlebih animasi dapat menjangkau lebih banyak audiens. Dalam animasi, salah satu unsur yang penting adalah background. Background memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam animasi. Untuk membuat background dibutuhkan data terkait Desa Baros yang merupakan latar dari cerita wayang serok. Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka kemudian menganalisisnya menggunakan metode analisis konten dan visual sebagai landasan untuk merancang background.

Kata Kunci : wayang, Wayang Serok, animasi, background

Irfan Dwi Rahadianto, Telkom University

Wayang Serok yang berasal dari Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung merupakan pertunjukan wayang hasil pengembangan dari wayang golek. Eksistensi wayang serok semakin berkurang dikarenakan peminatnya yang semakin sedikit. Pembuatan trailer animasi menjadi solusi untuk pengenalan wayang serok melalui media yang dekat dengan para generasi muda, terlebih animasi dapat menjangkau lebih banyak audiens. Dalam animasi, salah satu unsur yang penting adalah background. Background memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam animasi. Untuk membuat background dibutuhkan data terkait Desa Baros yang merupakan latar dari cerita wayang serok. Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka kemudian menganalisisnya menggunakan metode analisis konten dan visual sebagai landasan untuk merancang background.

Kata Kunci : wayang, Wayang Serok, animasi, background

References

Alexandra, Q. M., Sumarlin, R., & Afif, R. T. (2023). Perancangan Background dalam Sebuah Animasi Motion Comic Berjudul

Bayuaji, L. D., Rahadianto, I. D., & Mario. (2023). Adaptasi Wayang Kulit Sasak melalui Perancangan Desain Karakter. eProceedings of Art & Design.

Bryne, M. T. (1999). Animation: The Art of Layout and Storyboarding. Ireland: Leixlip. Dalley, T. (1980). The Complete Guide to Illustration and Design. Chartwell Books. Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV. Jejak. Dorling Kindersley. (2010). The Arts: A Visual Encyclopedia. New York: DK Publishing

Firdaus, Y. Z., Afif, R. T., & Sumarlin, R. (2023). Perancangan Desain Karakter untuk Animasi 2D

Fowler, M. S. (2002). Animation Background Layout: From Student to Professional. Canada: Fowler Cartooning Ink.

Gurney, J. (2010). Color and Light: A Guide for the Realist Painter. Andrews McMeel Publishing.

Horvath, A., & Gyenge, B. (2018). Movie Trailer Types And Their Effects On Consumer Expectations. International Journal of Business and Management Invention (IJBMI).

Norling, E. (1999). Perspective Made Easy. New York: Dover Publications.

Pentak, S., Roth, & Lauer, D. A. (2012). Design Basics: 2D and 3D. San Francisco: Wadsworth.

Paez, Jew. (2013). Professional Storyboarding: Rules of Thumb. London: Focal Press.

Putri, S. P., Rahmansyah, A., & Rahadianto, I. D. (2023). Perancangan Environment Art untuk Animasi 2D tentang Pengaruh Toxic Success Pada Ilustrator. eProceedings of Art & Design.

Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Cipta Prima Nusantara. Salura, P. (2015). Sundanese Architecture. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sangadji, E. M., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Santrock, J. W. (2003). Psychology (7th ed.). McGraw-Hill. Sunaryo, A. (2020). Rupa Wayang. Surakarta: CV Kekata Group.

Thomas, F., & Johnston, O. (1981). The Illusion of Life: Disney Animation. Abbeville Press.

Wells, P. (2011). Designing Environments for Animation: Beyond Realism. AVA Publishing.

White, T. (2009). How to Make Animated Films. Oxford: Elsevier, Inc. Widyosiswoyo, S. (1996). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia

Published

2025-03-17

Issue

Section

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual