PENGEMBANGAN FORMULASI PEWARNA ALAM KOMBINASI SECANG DENGAN MORDAN SYMPLOCOS UNTUK PEWARNA TEKSTIL
Abstract
Pewarna alami menjadi alternatif ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis karena
lebih mudah terurai dan tidak beracun. Salah satu pewarna alami yang dapat menghasilkan warna
merah pekat adalah kayu secang (Caesalpinia sappan Linn). Namun, kelemahan utama dari pewarna
secang adalah kestabilan warnanya yang rendah, sehingga mudah luntur setelah pencucian atau
terpapar sinar matahari. Untuk meningkatkan ketahanan warna, penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa penggunaan symplocos atau daun loba sebagai fiksator dapat memperkuat
warna pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peningkatan ketahanan warna
secang dengan menggunakan mordan symplocos, menemukan formulasi optimal untuk variasi warna
terbaik, dan mengaplikasikan hasilnya pada lembaran kain dengan menggunakan teknik patchwork.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa studi
Pustaka, observasi, wawancara dan juga eksplorasi formula dengan tiga metode mordanting. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa kombinasi secang dan symplocos melalui metode meta-mordanting
(Simultan) dapat menghasilkan warna merah marun yang lebih tahan luntur dengan melewati empat
kali pencucian. Dengan menambahkan mordan tawas dan tunjung dengan metode pre-mordanting
dan post-mordanting, dapat menghasilkan variasi warna yang berbeda.
Kata kunci: Pewarna Alam, Kayu secang, Symplocos, Mordan, Pewarna tekstil
References
Aberoumand, A. 2011. A Review Article on Edible Pigments Properties and Sources as Natural
Biocolorants in Foodstuff and Food Industry. World J Dairy Food Sci, 6(1): 71-78.
Agustin, V. I., & Dartono, F. A. (2022.). Perancangan tekstil ecoprint dengan daun loba
(Symplocos sp.) sebagai bahan mordant pada romantic dress. Program Studi Kriya
Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Djamaludin, O. (2024). Penggunaan mordan alam untuk aplikasi zat warna alam dari ekstrak
secang (Caesalpinia sappan L.) pada kain kapas. Seminar Nasional Penelitian LPPM
UMJ 2024, 1–8. E-ISSN: 2745-6080.
Fadilah Ahmad, A., & Hidayati, N. (2018). Pengaruh Jenis Mordan dan Proses Mordanting
Terhadap Kekuatan dan Efektifitas Warna Pada Pewarnaan Kain Katun Menggunakan
Zat Warna Daun Jambu Biji Australia. Indonesia Journal of Halal, 1(2), 84-88.
Hawati, O., & Hendrawan, A. (2020). Pengolahan Daun Ketapang (ficus Lyrata) Sebagai Bahan
Pewarna Alam Untuk Produk Bertema Edgy. eProceedings of Art & Design. Maddy, D.
(n.d.).
Oktaf Rina, D., et al. (2017). Stabilities natural colorant of Sappan wood (Caesalpinia sappan
L.). International Journal of ChemTech Research, 10(1), 98-103
Pujilestari, T., & Salma, I. R. (2017). Pengaruh suhu ekstraksi warna alam kayu secang
(Caesalpinia sappan Linn) dan gambir (Uncaria gambir) terhadap kualitas warna
batik. Dinamika Kerajinan dan Batik, 34(1), 25–34.
Purnomo, M.A.J. (2004). Zat Pewarna Alam sebagai Alternatif Zat Warna yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Seni Rupa STSI Surakarta, 1(2): 57-61.
Salam, S., & Muhaemin. (2020). Pengetahuan Dasar Seni Rupa. Badan Penerbit UNM.
Wahyuni, E., & Yuliasih, I. (2021). Bahan Pewarna Alami: Potensi dan Tantangan dalam Tekstil
Ramah Lingkungan. Bandung: Alfabeta. hlm. 65
Yulpando, R. E., & Sudiarso, A. (2022). Ketahanan luntur kain batik dengan pewarna alami
secang menggunakan metode pencoletan, Vol. 4 (No. 5).



