Representasi Perempuan Dalam Karya Perupa Perempuan Pada Era Seni Rupa Kontemporer : Tinjauan Prespektif Gender

Authors

  • Pradhita Arnita Vianti Telkom University
  • Didit Endriawan Telkom University
  • Donny Trihanondo Telkom University

Abstract

Abstrak- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami representasi tubuh perempuan dalam karya seni perupa perempuan serta faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan visual perempuan sebagai objek dalam karya seni rupa kontemporer. Kedua, bagaimana representasi tubuh perempuan dalam wujud fisik seni rupa kontemporer. Ketiga bagaimana munculnya tema – tema perempuan dalam karya seni rupa kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan gender, semiotika, psikologi seni dan budaya serta dibedah menggunakan kritik seni. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Perupa, khususnya perempuan masih sangat sedikit jumlahnya karena dominasi perupa laki-laki di bidang seni rupa. Namun demikian bukan berarti tidak ada sama sekali. Bahkan perupa perempuan yang ada telah banyak melahirkan karya seni yang sangat feminis.Dengan adanya sistem patriarki, maka muncul perupa perempuan yang dalam penciptaan karyanya mengkritisi mengenai sistem-sistem patriarki yang dialami oleh para perempuan.(2) Pada dasarnya masih banyak karya seniman di era kontemporer yang menggunakan bentuk tubuh perempuan sebagai visual dalam karya seninya, namun topik, isu, maupun gagasannya lebih cenderung menanggapinya dengan menggunakan prespektif perempuan tentang isu-isu gender. (3) Perempuan kontemporer memiliki kesempatan yang jauh lebih besar tentang persamaan hak dengan laki-laki, terutama bidang-bidang seperti pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, serta gaya hidup. Ingin lepas dari anggapan bahwa perempuan hanya mampu tampil pada sektor domestik (wilayah rumah tangga) semata. Pemikiran tentang feminisme menjadi salah satu pemikiran penting dalam upaya menyetarakan hak-hak perempuan di masyarakat. Keyword- Feminism, Representation, Woman artist, Body ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.6, No.1 April 2019 | Page 642 I. PENDAHULUAN Karya seni rupa dengan representasi tubuh perempuan sudah eksis setua seni rupa itu sendiri. Di Indonesia, tubuh yang dipertontonkan dalam karya seni rupa seringkali menuai kontroversi maupun penolakkan dari audiens. Tubuh merupakan bagian terluar dari manusia yang dapat mewakili sebuah wujud diri, dan seringkali dikaitkan dengan identitas budaya dan status sosial.Tubuh perempuan sebagai sebuah persoalan, akan berhadapan dengan pemaknaan atas fungsi fisiknya. Secara fisik, tubuh perempuan adalah sebuah identitas yang membedakannya dengan tubuh laki-laki, baik penampakannya, fungsi, maupun bentuk anatominya. Di sisi lain, tubuh perempuan bertalian dengan hal-hal yang dikonstruksi secara sosial dan budaya pada peran dan fungsinya. Pada fungsi inilah, tubuh perempuan kemudian terposisikan sebagai sesuatu yang dikuasai oleh dominasi tubuh dan (atau) hasrat lelaki. II. TINJAUAN PUSTAKA Seniman merupakan individu yang mencipta dan berupaya untuk mencari tahu serta membahas persoalan yang relevan di sekitarnya, maka dari itu sebuah karya seni dapat merepresentasikan situasi sosial pada masanya beserta hal-hal yang melingkupinya. Kiranya keterkaitan inilah yang memicu gagasan akan pentingnya mengkaji tubuh secara visual dalam karya seni rupa baik sebagai medium maupun subject matter untuk mencari tahu mengenai posisi dan kondisi tubuh dari sudut pandang seniman yang direlasikan dengan situasi dan perubahan sosial. Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan gender dan semiotis. Praktik pendekatan gender ini dilakukan dengan menggunakan model ‘kritik seni rupa feminis’makna kritik seni feminis, yakni sebagai ‘reading as a woman’, yang maknanya adalah kesadaran peneliti bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin dalam makna dan perebutan makna karya seni di masyarakat. Membaca sebagai perempuan juga berarti mengkaji dengan kesadaran membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patriarkat, yang selama ini diasumsikan menguasai penciptaan seni. Pendekatan semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotikanya Roland Barthes, karena pandangan semiotikanya Barthes ini, dapat digunakan untuk mempelajari ‘other than language’, dan bahkan dapat digunakan untuk “to reconstitute the function of the systems of significationâ€, sehingga sangat relevan untuk kajian sensitif gender ini. III. METODE PENELITIAN ISSN : 2355-9349 e-

Downloads

Published

2019-04-01

Issue

Section

Program Studi S1 Seni Rupa Murni