PETERNAKAN PUYUH TERINTEGRASI DI IKHLAS QUAIL FARM – POSYANTEKDES IKHLAS RAMAKU DESA RAJAMANDALA KULON KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT
DOI:
https://doi.org/10.25124/cosecant.v1i2.17504Abstract
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh dalam Bahasa asingnya disebut Quail, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870, dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sementara itu di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Usaha kecil budidaya dapat menjadi alternatif yang sangat tepat untuk memaksimalkan pendapatan rumah tangga. Budidaya puyuh pada skala rumah tangga sangat dianjurkan karena perekonomian Indonesia yang belum stabil. Peluang usaha ternak puyuh sangat menguntungkan sementara permintaan telur puyuh dari tahun ke tahun semakin naik. Telur puyuh terkenal karena mengandung banyak gizi, diantaranya adalah vitamin, mineral, bakteri salmonela dan tidak mengandung protein atau lemak jahat. Selain itu, telur burung puyuh juga memiliki citra rasa yang lezat sehingga dapat dijadikan sebagai usaha kuliner yang menguntungkan. Daging puyuh ternyata juga diminati oleh masyarakat, banyak restoran yang saat ini menyediakan menu dengan bahan dasar puyuh. Biasanya puyuh yang dijual untuk diambil dagingnya adalah jenis burung afkiran. Puyuh afkiran biasanya kurang baik untuk bertelur sehingga kemudian dijual untuk dimasak sebagai menu masalan di beberapa warung makan atau restoran. Untuk meningkatkan budidaya puyuh petelur di Desa Rajamandala Kulon Kecamatan Cipatat kabupaten Bandung Barat dilakukan upaya menggulirkan modal yang efisien dan efektif dalam bentuk budidaya Puyuh Petelur. Pelaksanaannya dilakukan secara terintegrasi mulai dari penetasan telur, pembesaran, penjualan telur puyuh, daging puyuh, kuliner puyuh, pembuatan pakan puyuh, serta pemanfaatan kotoran puyuh. Dengan pengalaman tersebut diharapkan akan lahir para wirausaha profesional dalam bidang ternak burung puyuh yang terintegrasi terintegrasi. Program ini merupakan salah satu usaha revitalisasi pengembangan peternakan puyuh disamping kegiatan lainnya yaitu pembentukan kelompok dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di desa tersebut.References
Ahmad Sukria, A., (2009), Sumber dan Ketersediaan
Bahan Baku Pakan di Indonesia. Institut
Pertanian Bogor, Bogor;
Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia,
(2008), Pedoman Budidaya Puyuh Yang Baik,
Departemen Pertanian RI, Jakarta;
Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, -
Direktorat Jenderal Peternakan, (2009),
Kumpulan SNI Bahan Pakan, Departemen
Pertanian RI, Jakarta;
Hartono T., (2004), Permasalahan Puyuh dan
Solusinya Seri Agrosolusi, Penebar Swadaya,
Jakarta;
Hartono, T., (2004), Tujuh Kiat Meningkatkan
Produksi Puyuh Seri Agrikiat, Penebar Swadaya,
Jakarta;
Rasyaf, M., (1984)., Memelihara Burung Puyuh,
Kanisius, Jakarta;
Wuriyadi, S., (2011)., Buku Pintar Beternak dan
Bisnis Puyuh, AgroMedia Pustaka, Jakarta