Identitas Perempuan Feminin Dalam Film (analisis Resepsi Penonton Perempuan Terhadap Film Toy Story 4)

Authors

  • Arin Rizki Cahya Ningtyas Telkom University
  • Ruth Mei Ulina Malau Telkom University

Abstract

Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan yang disebabkan oleh posisi peran perempuan yang dirasa tidak sebanding dengan laki-laki terutama dalam isu gender yang berkembang dalam masyarakat seperti pandangan bahwa kaum perempuan adalah makhluk lemah yang bergantung pada pasangan dan harus dilindungi dan tidak boleh menjadi pemimpin bisa dilihat dari kurangnya peran perempuan dalam berbagai faktor seperti rumah tangga, dunia pekerjaan bahkan merambat pada dunia politik mengesankan kecilnya peran perempuan dalam pelaksanaan dan pengambilan keputusan dan orientasi peran perempuan yang merupakan peran yang diinginkan laki-laki (Rokhmansyah, 2016). Asumsi dan kesadaran bahwa pada dasarnya telah terjadi penindasan terhadap kaum perempuan menciptakan sebuah gerakan yang disebut feminisme (Fakih, 1996). Dikutip dari Humm (2007: 157–158) ideologi transformasi sosial yang tercipta dari munculnya gerakan feminisme akan menciptakan dunia baru bagi perempuan, karena gerakan feminisme sendiri memadukan doktrin persamaan hak perempuan dengan ideologi tersebut guna mendapatkan hak perempuan. (Wiyatmi, 2012). Dalam penyebarannya ideologi feminisme kerap diselipkan dalam berbagai media massa tak terkecuali film. Film Toy Story 4 menjadi salah satu film yang memiliki tokoh perempuan yang dinilai memiliki representasi ideologi feminisme didalamnya, untuk mengetahui bagaiman resepsi penonton perempuan terhadap film tersebut peneliti menggunakan teknik analisa resepsi. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, paradigma konstruktivisme dengan pendekatan analisis resepsi (reception analysis) Stuart Hall. Menurut Stuart Hall, Posisi-posisi audiens dikategorikan berdasarkan teori Encoding/Decoding milik Stuart Hall dalam tiga posisi pembacaan audiens yakni Dominant position, Negotiated position dan Oppositional position. Setelah melakukan preferred reading menggunakan Teknik Analisa semiotika John Fiske secara sederhana, peneliti memilih enam scenes yang peneliti nilai banyak merepresentasikan identias perempuan feminine di dalamnya. Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa para terdapat perbedaan dalam penerimaan makna yang dilakukan oleh informan selaku khalayak. Kata kunci : Analisa resepsi, semiotika, identitas perempuan feminin, film

Downloads

Published

2020-08-01

Issue

Section

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi