Representasi Ketidakadilan Gender Pada Perempuan Bercerai Dalam Drama Korea "the World Of The Married"

Authors

  • Haya Syahira Telkom University
  • Lucy Pujasari Supratman Telkom University

Abstract

Abstrak
Drama Korea “The World of The Married” merupakan serial drama yang berasal dari Korea Selatan yang mengangkat isu perceraian yang umum terjadi. Namun, perempuan pasca perceraian yang telah berganti status menjadi perempuan bercerai kerap menerima perlakuan tidak adil dari masyarakat yang merujuk pada ketidakadilan gender seperti stereotip, marginalisasi, subordinasi, kekerasan dan juga beban kerja. Drama Korea ini menceritakan perempuan yang bercerai dari suaminya dan harus berjuang melanjutkan hidupnya sembari menghadapi ketidakadilan gender yang menimpanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa permasalahan ketidakadilan gender yang menimpa perempuan bercerai memberikan dampak kepada kesejahteraan hidup korbannya. Mayarakat Korea Selatan yang berpegang pada paham konfusianisme dengan nilai patriarki menganggap bahwa perempuan adalah seorang yang harus patuh kepada kehendak suami dan menganggap perempuan yang memilih untuk bercerai melanggar adat istiadat dan etika yang berlaku, sehingga perempuan bercerai selalu dianggap sebelah mata oleh masyarakat karena dianggap gagal mempertahankan kehidupan rumah tangganya yang merupakan kewajibannya.
Kata Kunci : Drama Korea, ketidakadilan gender, perempuan bercerai, konfusianisme, analisis semiotika Roland Barthes.  
Abstract
“The World of The Married” is a South Korean serial drama that raises an issue about divorce that has been common occurrence in South Korea. However, women who’ve had their marital status terminated and re-identified as a ‘divorced woman’ often receive unfair treatment from society which inputes togender inequality such as stereotype, marginalization,subordination,violence and double burden. The World of The Married narrates a story about a woman who had recently been divorced from her husband and must struggle to continue her life while facing gender inequality and mistreatment that ensues her. The outcome of this study is achieved through the qualitative method with a constructivist paradigm alongside the Roland Barthes semiotic analysis technique. This outcome reveals that the problems of gender injustice that ensue divorced women have a recurrent impact on the welfare of its victims. The society of South Korea which deeply adheres to Confucianism with patriarchal values views women to be compliant to their husband and considers those who choose to divorce to be severely violating prevailing norms and ethics, to an extent that divorced women are often undervalued and misjudged by society because they are failing to defend their domestic life, which is dictated to be their obligation.  
Keywords : Korean Drama, gender inequality divorces, Confucianism, semiotic analysis of Roland Barthes

Downloads

Published

2021-06-01

Issue

Section

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi