Representasi Kekuasaan Pada Pelaku Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja Dalam Film Pendek
Abstract
Film pendek Please Be Quiet merupakan film pendek dari Indonesia yang dibuat oleh William Adiguna, film ini menceritakan tentang pegawai kantor yang mengalami tindakan pelecehan seksual secara verbal oleh pemimpin di tempat kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat level realitas, level representasi dan level ideologi yang terdapat pada film Please Be Quiet. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan paradigma kritis dengan teknik analisis teori semiotika John Fiske yang terbagi menjadi tiga tingkatan. Yaitu, level realitas, representasi dan ideologi. Terdapat subjek yang dianalisis, yaitu enam potongan scene dari film pendek Please Be Quiet. Film pendek Please Be Quiet ini dapat merepresentasikan kekuasaan pada pelaku pelecehan seksual di tempat kerja melalui level realitas berupa gesture, ekspresi dan dialog. Pada level representasi ditunjukkan melalui kode kamera dan kode latar. Sedangkan level ideologi yang ditemukan dalam film pendek Please Be Quiet adalah ideologi patriarki, yaitu bagaimana seorang laki-laki ditampilkan memiliki hak kedudukan dan kekuasaan yang lebih tinggi daripada perempuan.
Kata Kunci-Analisis Semiotika John Fiske, Kekuasaan Pada Pelaku Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja, Film Pendek
References
Allgeier, Albert Richard , & Allgeier, E. R. (1991). Sexual interactions (3rd ed., p. 93). D.C. Heath. (Original work published 1991)
Bailey, K. (2008). Methods of Social Research, 4th edition. Simon and Schuster. Citta, G. D. (2019, November 25). Ayo Melek tentang Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. Cosmopolitan.Co.Id.
Danesi, M. (2010). Pengantar memahami semiotika media.
Fiske, J. (2011). Memahami budaya populer.
Fiske, J. (2011). Television culture (pp. 5-6). (Original work published 1987)
Kurnianingsih, S. (2015). PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DI TEMPAT KERJA. Buletin Psikologi, 11(2). https://doi.org/7464
Medlej, J. (2014, June 5). Dasar-Dasar anatomi manusia: Menguasai ekspresi wajah. Envato Tuts.
Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika Dalam film. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 125-138. https://doi.org/10.15642/jik.2011.1.1.125-138
Offermann, L. R., & Malamut, A. B. (2002). When leaders harass: The impact of target perceptions of organizational leadership and climate on harassment reporting and
Pratista, H. (2017). Memahami Film - Edisi 2. Montase Press.
Susan Rakoczy. (2004). Religion and Violence: The Suffering of Women. Agenda: Empowering Women for Gender
Equity, 61, 29-35. http://www.jstor.org/stable/4066596
Thompson, R., & Bowen, C. (2009). Grammar of the Shot. Taylor & Francis.
Trihastuti, A., & Nuqul, F. L. (2020). Menelaah Pengambilan Keputusan Korban Pelecehan Seksual dalam Melaporkan Kasus Pelecehan Seksual. Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 11(1), 1-15.
https://doi.org/10.21107/personifikasi.v11i1.7299
Vera, N. (2014). Semiotika Dalam Riset Komunikasi (R. Sikumbang, Ed.; 1st ed.).
Walby, S. (1991). Theorizing patriarchy. John Wiley & Sons.
Wezowski, K., & Wezowski, P. (2018). Without saying a word: Master the science of body language and maximize your success. AMACOM.