Representasi Feminisme Dalam Talkshow “Jalan Hidup Sang Feminis” (Analisis Semiotika Komunikasi Tentang Representasi Feminisme Dalam Talkshow “Jalan Hidup Sang Feminis”)

Authors

  • Maria Andea Telkom University
  • Ira Dwi Mayangsari Telkom University

Abstract

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui representasi feminisme yang terdapat dalam talkshow yang berjudul “Jalan Hidup Sang Feminisâ€. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan model semiotika Roland Barthes. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis data semiotika dengan perspektif dari Roland Barthes. Berdasarkan hasil penelitian, talkshow berjudul “Jalan Hidup Sang Feminis†memiliki representasi feminisme yaitu bahwa feminisme di Indonesia masih dihadapkan dengan sistem budaya patriarki atau patriarkal serta pandangan agama yang masih belum terlalu mendukung feminisme. Kesimpulan penelitian ini adalah secara denotasi, feminisme di Indonesia masih sulit untuk diterapkan karena Indonesia masih mengusung budaya patriarkal. Secara konotasi, di Indonesia, contohnya adalah Provinsi Banten (daerah asal narasumber), adalah daerah yang merupakan bentuk Kesultanan dan Sultan atau Kyai yang berhak memimpin harus memiliki jenis kelamin laki-laki Hingga akhirnya beredar mitos di masyarakat bahwa feminis itu melawan kodrat manusia. Pada dasarnya feminisme adalah sebuah paham yang memandang bahwa laki-laki dan perempuan itu memiliki derajat yang sama. Kata kunci: feminisme, gender, budaya patriarki.





ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 5307
ABSTRACT This study had been done for knowing the representation of feminism in “Jalan Hidup Sang Feminis†talkshow. This study uses qualitative method and uses Roland Barthes’ Semiothic. Data analysis technique that has been used is Roland Barthes’ Semiothic. Based on the result of this study, this “Jalan Hidup Sang Feminis†talkshow has the representation of feminism that proves in Indonesia, feminism still meets with the patriarchy tradition and religious views that still has not supported feminism. The conclusion of this study is based on denotation meaning is, feminism in Indonesia still hard to applied because Indonesia still holds on the patriarchy tradition. Based on konotation meaning, for example, Banten is a province that has “Kesultanan†constitution, and the king or kyai must have men gender. There is many myths in Indonesia about feminism, like feminism has goal to against the nature of human itself. But actually, feminism is a concept to equalizing between men and women. Key Words: feminism, gender, patriarchy tradition.

Downloads

Published

2019-08-01

Issue

Section

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi