Usulan Interval Perawatan Optimal Mesin Milling Menggunakan Metode Risk Based Maintenance Dan Analytical Hierarchy Process Di Pt Indo Integral Sekawan

Penulis

  • Deanna Auliya Farid Telkomuniversity
  • Endang Budiasih Telkomuniversity
  • Judi Alhilman Telkomuniversity

Abstrak

Abstrak PT Indo Integral Sekawan adalah perusahaan outsourcing yang menawarkan pembuatan sparepart dan Dies forging. Dalam memproduksi produk Dies forging PT IIS menggunakan mesin Milling, mesin bubut, dan mesin Liquy Hising CNC20-L. Berdasarkan data kerusakan mesin, mesin Milling mengalami kerusakan dengan total 27 kali selama periode 2018-2019, besarnya frekuensi kerusakan akan mempengaruhi proses produksi dan mengakibatkan besarnya biaya perawatan. Maka, dibutuhkan obeservasi lebih mengenai perawatan mesin Milling tersebut. Metode yang digunakkan untuk penelitian yaitu Risk-based maintenance (RBM) yang bertujuan meningkatkan reliability dan meminimasi risiko yang timbul akibat kegagalan. Hasil dari pengumpulan dan pengolahan menggunakan RBM diketahui bahwa mesin Milling dengan interval perawatan 2880 jam memiliki total risiko sebesar Rp6,395,124.84 dengan presentase risiko sebesar 0.67% melebihi batas toleransi risiko perusahaan yaitu 0.50%. Menggunakan pendekatan minimasi risiko didapat usulan interval perawatan menjadi 1100 jam dan berada pada kriteria penerimaan risiko perusahaan sebesar 0.50%. Penelitian ini juga menggunakan metode Analytical hierarchy process (AHP) untuk memutuskan kebijakan maintenance yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan, komponen Spindel dan Ragum menggunakan kebijakan condition-based maintenance, dan komponen selang coolant menggunakan time-based maintenance.

Kata kunci: Mesin Milling, Risk Based Maintenance, Analytical Hierarchy Process, Kebijakan maintenance.

Abstract
PT Indo Integral Sekawan is an outsourcing company that offers manufacturing spare parts and forging Dies. In producing Dies forging products PT IIS uses Milling machines, lathes, and CNC 20-L Liquy Hising machines. Based on machine failure data, Milling Machines suffered a total of 27 times failure during the 2018-2019 period, the frequency of failure will affect the production process and resulted in large maintenance costs. Thus, it takes more observation regarding the maintenance of the Milling machine. The method used for research is Risk-based maintenance (RBM) which aims to estimate and minimize risks arising from failure. The results of collection and processing using RBM revealed that Milling machines with 2880 hours maintenance intervals had a total risk of Rp6,395,124.84 with the percentage of 0.67% exceeding the company's risk tolerance limit of 0.50%. Using the approach to minimizing risks, the proposed maintenance interval is 1100 hours and is at the company's risk acceptance criteria of 0.50%. This study also uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method which decides the maintenance policies that are tailored to the company's conditions, for Spindel components and rags using condition-based maintenance, and coolant hose components using time-based maintenance.

Keywords: Milling machines, Risk Priority Number, Risk Based Maintenance, Analytical Hierarchi Process, Maintenance policy.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2020-08-01

Terbitan

Bagian

Program Studi S1 Teknik Industri